Minggu, 06 April 2008

Dampak Kabel Listrik Kebakaran Terhadap Kesehatan Manusia




Siapa sangka kabel listrik yang bukan merupakan barang asing di rumah mengandung zat berbahaya bagi kesehatan. DR. rer. nat. Budiawan menjelaskan, kabel listrik mengandung campuran logam dan zat berbahaya. Terutama pembungkus kabel yang umumnya terbuat dari karet alami, karet sintetik atau yang akrab disebut polimer sintetik. Bahan buatan ini dianggap cocok digunakan sebagai pelindung karena daya hantar panasnya sangat buruk, sehingga orang bebas memegang kabel tanpa takut kena setrum.
Sayangnya, beberapa polimer sintetik yang dikenal saat ini memiliki kandungan zat-zat yang berisiko merusak kesehatan, di antaranya Poly Vinyl Chlorida (PVC) dan Vinyl Chlorida. Tak jarang pula bahan polimer ini masih dicampur dengan logam yang memiliki daya hantar panas yang buruk, antara lain timbel/Plumbum (Pb). Bahaya kabel akan muncul lewat proses pembakaran dan pemanasan. Pembakaran kabel, apa pun jenis kabelnya, akan menyebabkan zat-zat berbahaya yang terkandung dalam polimer tersebut ikut menguap ke udara. Nah, kalau udara beracun ini terhirup orang-orang di sekitarnya tentu akan menimbulkan gangguan kesehatan. Sementara besar-kecilnya gangguan yang muncul tergantung pada seberapa banyak udara beracun yang dihirup. Gejala-gejala keracunan akan muncul jika kadar racun yang dihirup sudah melewati ambang batas. Antara lain mual-mual, kepala pusing, dan muntah. Saat terjadi kebakaran, contohnya, bahaya bukan hanya muncul dari nyala api, melainkan juga asap yang mengandung berbagai zat racun yang keluar dari kabel, plastik dan paralon yang ikut terbakar. Tak heran, jika banyak korban kebakaran yang meninggal bukan karena api itu sendiri, melainkan karena asap. Selain itu, arus listrik bisa menyebabkan kabel yang dilaluinya meleleh, terurai dan kandungan zat-zatnya menguap. Ini bisa dideteksi dari bau khas yang muncul akibat pemanasan tersebut. Dampak merugikan boleh jadi memang tidak langsung terasa saat itu juga, melainkan lambat laun dalam jangka panjang uap beracun tadi akan terakumulasi dalam tubuh. Efek kronis ini akan semakin mudah dirasa jika orang yang kebetulan menghirupnya memiliki gangguan pernapasan seperti asma. Direktur Pustaka Kajian Risiko Keselamatan Lingkungan FMIPA Universitas Indonesia ini menegaskan, penjelasannya tidak bertujuan menakut-nakuti masyarakat luas, apalagi sampai fobia terhadap kabel. Menurutnya, sepanjang tidak menjadi panas dan tidak terbakar, kabel aman-aman saja kok digunakan. YANG PERLU DIPERHATIKAN: * Sedapat mungkin, pilihlah kabel yang aman. Bisa dilihat dari komposisi kabel yang tidak mengandung zat berbahaya tadi. Amati juga apakah kabel tersebut sudah lulus uji standar internasional dari kode SII (Standar Industri Indonesia) atau SNI (Standar Nasional Indonesia). * Bahaya tidaknya suatu bahan tergantung pada dua hal. Pertama, frekuensi kontak manusia dengan paparan zat kimia tersebut. Semakin sering, semakin berisiko. Kedua, mekanisme kontaknya seperti apa. Untuk bahaya kabel, contohnya, kontak dengan racun yang muncul akibat pemanasan tentu berbeda bahayanya dibanding akibat pembakaran. * Saat memotong atau menyambung kabel, gunakan alat khusus pemotong kabel. Jangan sekali-kali memanfaatkan api karena bisa menyebabkan pembakaran dan menguapkan bahan-bahan beracun yang terkandung di dalamnya.

Tidak ada komentar: